Minggu, 06 Februari 2011

Kebab Extra Mayonaise dan Extra Saus Sambal

by Sue Munggaran on Thursday, September 16, 2010 at 6:01pm



Sepertinya senyum menjadi milik setiap orang karena hanya dalam hitungan hari akan datang sebuah kemenangan suci hari bersukaria dengan keluarga handai taulan.

Wangi daging kebab mulai menyebar membuat udara malam menjadi lezat, wangi yang selalu aku hirup dengan bersyukur karena masih ada yang bisa aku kerjakan untuk bertahan hidup.



“Bang..yang satu jangan pakai saus sambal ya..”



“satu lagi jangan pakai bawang bombay kan neng..” kataku, gadis kecil itu mengacungkan jempolnya sambil tertawa.



Terngiang rengekan manja Cempaka putri bungsuku tadi pagi meminta dibelikan baju dan sepatu baru untuk berlebaran.

Setelah pabrik tempat aku bekerja bangkrut, sudah tiga tahun aku tidak bisa menyisihkan penghasilanku untuk berlebaran. Pesangon yang jumlahnya tidak seberapa digunakan untuk modal berjualan sembako bahkan menjadi pengojek motor dan sekarang berjualan kebab.

Kesulitan ekonomi tidak membuat kami mengeluh, aku bersyukur masih diberi badan dan pikiran yang sehat untuk bekerja meskipun banyak hal yang tidak tertutupi juga, seperti tunggakan iuran bangunan SMA Randu putra sulungku yang harus dilunasi.



“Hayoooo..melamun..!!” belum reda rasa kagetku langsung disambung dengan suara yang sudah tidak asing lagi



“empat kebab jumbo..extra mayonaise dan extra saus pedas..”



“jangan lupaaaaa..daging dan rotinya harus garing ” aku tertawa kecil sambil bergegas meracik





Wanita yang sangat ramah cantik wangi ini adalah langgananku, tadinya aku sangat sebal dengan permintaan yang serba extra nya itu tapi aku tetap tersenyum melayaninya bagiku seorang pelanggan adalah rejekiku.

Sambil meracik pesanan kebabnya kami mengobrol, dia menanyakan apakah aku tidak mudik di lebaran ini, aku hanya tertawa karena sudah tiga tahun aku tidak mudik lebaran.

Pesanan empat kebabpun telah selesai.

Ada sebentuk kotak diulurkan olehnya



“Pak..ini ada sedikit rejeki untuk berlebaran”



“Maafkan aku ya pak..sering merepotkan dan bawel..” aku hanya terpaku dan dia pun menyalami aku.



Aku bergumam lirih mengucapkan terimakasih yang tentunya tidak akan terdengar olehnya.

Dengan gemetar jemariku mulai membuka kotak mungil itu rasanya jantung inipun mau melompat keluar dari dada, ada gepokan uang berwarna merah disitu banyak sekali.

Tak terasa pipi ini mulai membasah oleh airmata.

Rasanya aku ingin segera berlari pulang kepelukan istri dan kedua anakku untuk berbagi kebahagiaan.

Terbayang senyum ceria Cempaka dengan baju dan sepatu lebarannya juga senyuman lega Randu karena bisa membayar lunas iuran sekolah.

Aroma masakan khas lebaran buatan istriku seolah menarinari riang di hidungku.

Bahkan kami bisa pulang kampung melepas rindu pada orangtua istriku dan ibuku.



Ketika tiba dirumah dan menemukan wajah murung istriku, aku mendapat kabar tetangga kami seorang tukang becak mengalami musibah kecelakaan tabrak lari dan sekarang sedang kritis di rumah sakit.

Aku langsung menuju rumah sakit yang tidak jauh dari rumah dan bertemu dengan isrti tetanggaku. Entahlah ada dorongan dari hati kecilku untuk membantu, aku serahkan uang pemberian dengan tulus dan ikhlas.

Biarlah nanti aku akan menjelaskan pada istriku dan aku sangat yakin dia pasti memaklumi

Biarlah nanti iuran Randu dibayarkan dengan cara mencicil.

Aku akan meminta maaf kepada istri dan kedua anakku lebaran tahun ini akan sama dengan tahuntahun kemarin yang tanpa baju sepatu baru tanpa hidangan lezat tanpa mudik.



Aku hanya ingin seorang kepala keluarga terselamatkan dan bisa kembali kerumahnya berkumpul dengan keluarga.



















Rabu16september2010

Bintaro

Sue..

Tidak ada komentar: